Laman

Jumat, 03 Agustus 2012

Potensial Bina Karakter dan Prestasi Mahasantri untuk Progresivitas Pesantren Mahasiswa


Pesantren merupakan lembaga pendidikan asli Indonesia (indigenous) yang lebih tua dari Indonesia itu sendiri. Pesantren juga merupakan pendidikan non formal yang ada di Indonesia. Pesantren telah menjadi lembaga pendidikan Nusantara yang bergerak secara khusus di bidang keagamaan (tafaqquh fi addien) sejak era Wali Songo hingga sekarang.
Pesantren Mahasiswa yang berada dinaungan IAIN Sunan Ampel Surabaya, merupakan salah satu lembaga pendidikan Islam. Orientasi pendidikan pesantren mahasiswa tidak hanya terpusat pada usaha mencerdaskan aspek intelektualitas mahasantri (ta’lîm), melainkan sekaligus concern dalam pembentukan karakter dan kepribadian (tarbiyah). Santri tidak hanya disiapkan menjadi figur yang cerdas secara intelektual, melainkan sekaligus dicetak menjadi pribadi yang memiliki kepekaan moral-spiritual. Orientasi pendidikan yang mensinergikan aspek intelektual dan moral-spiritual seperti ini, menjadikan pesantren mahasiswa sebagai lembaga yang mecerdaskan dan mencetak generasi bermoral akhlaqul karimah.
Pesantren mahasiswa atau biasa disebut “pesma” IAIN Sunan Ampel Surabaya diresmikan pada . Pesantren mahasiswa merupakan tempat tinggal yang dikhususkan untuk mahasiswa. Mahasiswa yang bertempat tinggal di pesantren mahasiswa disebut mahasantri. Kenapa disebut mahasantri? Karena yang bertempat tinggal di sana adalah mahasiswa. Seperti pada umumnya, pelajar yang bertempat tinggal di pesantren disebut “santri”. Namun, hal yang membedakan adalah bahwa seorang mahasantri mempunyai dua integritas jiwa, yaitu sebagai seorang mahasiswa dan santri.
Sebagaimana pesantren-pesantren lainnya, di pesantren mahasiswa juga terdapat peraturan-peraturan yang diberlakukan. Namun, peraturan-peraturan tersebut tidak seperti peraturan yang ada di pensantren pada biasanya. Peraturan di pesantren mahasiswa tidak sekeras dan seketat peraturan di pesantren pada umumnya. Hal tersebut dikarenakan mahasantri sudah dianggap lebih dewasa dari pada santri lainnya, di mana mereka dapat membedakan hal yang haq dan bathil berdasarkan kesadaran mereka sendiri. Walaupun peraturan yang ada di pesantren mahasiwa tidak sekeras dan seketat peraturan di pesantren pada umumnya, setiap mahasantri diupayakan mamatuhi peraturan yang telah berlaku.
Selain itu, di pesantren mahasiswa juga mengadakan beberapa kegiatan yang terdiri dari kegiatan intra kurikuler dan ekstra kurikuler. Kegiatan intra kurikuler merupakan kegiatan yang sudah diprogramkan oleh pesantren dan harus dilakukan oleh setiap mahasantri. Kegiatan intrakurikuler misalnya kegiatan pembelajaran malam, shobahul lughoh, kajian kitab kuning yang diselenggarakan setiap malam jum’at dan lain-lain. Dalam kegiatan pembelajaran malam, terdapat pembelajaran Bahasa Arab, pembelajaran Bahasa Inggris, dan kajian keislaman.
Sedangkan kegiatan ekstrakurikuler adalah kegiatan yang di-sunnah-kan bagi mahasantri. Kegiatan ekstrakurikuler pesantren mencakup jurnalistik, kesenian, qiro’ah, tahfidz al-Qur’an, dan lain-lain. Untuk bidang jurnalistik, terdapat suatu komunitas yang disebut Islamic Journalism Community (IJC). IJC merupakan komunitas atau organisasi mahasantri Pesantren IAIN Sunan Ampel yang bergerak dalam bidang tulis-menulis, penulisan tersebut bisa berupa tulisan fiksi atau non fiksi. Setiap bulan, IJC menerbitkan bulletin yang diberi nama “Alaik Bulletin”. Kegiatan dalam bidang kesenian mencakup al Banjari dan paduan suara. Sedangkan kegitan dalam bidang tahfidz al-Qur’an khusus bagi mahasiswa Pesantren yang mengikuti program tersebut. Waktu pembelajarannya (setoran) adalah setiap hari (kecuali Sabtu dan Minggu) setelah subuh.  Kompetisi pun digelar untuk menggali dan menempa potensi para mahasantri. Kompetisi di pesantren mahasiswa disebut festival pesantren yang diselenggarakan setiap satu tahun sekali. Pada festival tersebut, terdapat beberapa jenis perlombaan atau kompetisi yang menyangkut potensi mahasantri, antara lain kompetisi tulis-menulis, kesenian, dan olahraga.
Setiap mahasantri memiliki potensi yang berbeda-beda. Ada yang berpotensi pada otaknya atau intelektual (IQ), ada yang berpotensi pada fisiknya (PQ), ada yang berpotensi pada emosinya (EQ) dan ada juga yang berpotensi pada hatinya atau spiritual (SQ). Mereka dapat mengembangkan potensi melalui berbagai cara, di antaranya dengan mengikuti kegiatan ekstrakurikuler yang diselenggarakan oleh pesantren mahasiswa sesuai dengan potensi yang dimiliki. Misalnya saja, mahasantri yang gemar menulis bisa mengikuti komunitas jurnalisme atau IJC, kemudian mahasantri yang mempunyai potensi dalam bidang kesenian bisa mengikuti kegiatan kesenian al-banjari, dan lain-lainnya. Karena kegiatan ekstra kurikuler merupakan salah satu media yang potensial untuk pembinaan karakter dan peningkatan pres­tasi mahasantri untuk pengembangan diri. Potensi yang ada pada diri mahasantri perlu digali dan dikembangkan menjadi sebuah prestasi yang membanggakan. Potensi diri tidak akan terlihat tanpa adanya prestasi.
Pada kepengurusan Dewan Mahasantri tahun lalu, terdapat suatu program kegiatan diskusi bersama yang diselenggarakan oleh devisi intelektual. Di sana mahasantri terutama yang mempunyai potensi intelektualitas yang tinggi dapat berpartisipasi di dalamnya. Namun sayangnya, kegiatan tersebut hanya berjalan kurang lebih tiga kali. Padahal dalam kegiatan tersebut mahasantri dapat mengasah kemampuan IQ-nya.
Bagi mahasantri yang berpotensi fisik, misalnya dalam bidang olahraga, pesantren mahasiswa dapat mengagendakan kegiatan olahraga, misalnya futsal, sepak bola, bulu tangkis, volley ball, dan lain sebagainya dengan memfasilitasi peralatan-peralatannya. Di sana mahasantri dapat mengasah potensi olahraga mereka dan bisa dijadikan sebagai ajang pertandingan misalnya pertandingan antar pesantren atau pertandingan lainnya. 
Di pesantren mahasiswa juga tidak sedikit dijumpai mahasantri yang berpotensi dalam bidang sastra, baik dalam bentuk puisi maupun cerita-cerita pendek. Dalam hal ini, sudah terdapat komunitas menulis atau jurnalistik yang dapat digunakan sebagai pengembangan potensi mahasantri dalam bidang tulis-menulis. Hal tersebut dapat dikembangkan lagi, misalnya menerbitkan antologi sastra bagi mahasantri yang berpotensi dalam dunia sastra yang berisi kumpulan cerpen dan puisi karya mahasantri. Kemudian diterbitkan tiga bulan sekali, misalnya.
Pada dasarnya Pesantren Mahasiswa IAIN Sunan Ampel juga didesain sebagai wahana yang kondusif untuk pengembangan kemampuan Bahasa Arab dan Inggris. Untuk mengembangkan Bahasa Arab dan Inggris, mahasantri juga dapat membuat suatu komunitas yang biasanya disebut English Club untuk Bahasa Inggris dan Firqoh al ‘Arabiyah untuk pengembangan Bahasa Arab.
Melalui berbagai macam kegiatan ekstra kurikuler tersebut, mahasantri juga dapat berkompetisi dengan mahasantri-mahasantri lain atau dunia luar lainnya. Misalnya terdapat festival al-banjari yang diselenggarakan oleh pihak luar, mahasantri dapat mengikuti ajang tersebut untuk mengasah potensi mereka. Jika mereka memenangkan lomba, maka tidak hanya mereka yang dapat prestasi, tetapi pesantren mahasiswa juga pasti akan mendapatkan prestasi tersebut. Karena pada dasarnya mahasantri berasal dari pesantren mahasiswa.
Selain itu, terdapat beberapa mahasantri yang pastinya memiliki potensi dalam bidang entrepreneurship atau kewirausahaan. Dalam hal ini mahasantri di pesantren mahasiwa telah melakukan beberapa kegiatan yang produktif secara pribadi, di antaranya melakukan bisnis jual pulsa, nge-print, dan lain-lain. Pesantren mahasiswa juga telah menyediakan koperasi untuk melatih mahasantri agar menjadi pribadi yang entrepreneur, karena mahasantri merupakan bagian dari masyarakat yang berpotensi sebagai generasi entrepreneur yang mampu menopang perekonomian umat.
Untuk menciptakan individu-individu mahasantri yang memiliki nilai tambah di luar segi ilmu agama, diperlukan suatu konsep pengembangan diri yang efisien. Konsep pengembangan diri yang mudah diterapkan serta tidak bertentangan dengan nilai-nilai agama Islam adalah mahasantri yang berjiwa entrepreneur, yang merupakan implementasi dari ajaran Rasulullah SAW dan ayat al-Qur’an surat al-Jumu’ah ayat 10 yang artinya “Apabila telah ditunaikan sembahyang, maka bertebaranlah kamu di muka bumi; dan carilah karunia Allah dan ingatlah Allah banyak-banyak supaya kamu beruntung.” Ayat ini memerintahkan manusia untuk melakukan keseimbangan antara kehidupan di dunia dan mempersiapakan untuk kehidupan di akhirat kelak. Caranya, selain selalu melaksanakan ibadah ritual, juga giat bekerja memenuhi kebutuhan hidup.
Melalui penerapan konsep pengembangan diri yang disesuaikan dapat membuat potensi diri pada mahasantri berkembang secara maksimal. Kegiatan pesantren mahasiswa yang pernah diselenggarakan dan berkaitan dengan pengembangan jiwa mahasantri yang entrepreneur yaitu Training Entrepreneurship dengan tema: “Menciptakan mahasantri mandiri melalui kewirausahaan” yang diselenggarakan pada bulan Januari 2012 lalu. Dalam hal ini, mahasantri dapat berpartisipasi dalam kegiatan tersebut untuk mengikuti pelatihan-pelatihan yang ada serta mengembangakan bakat atau potensi kewirausahaan yang dimilikinya, kemudian mahasantri dapat mengimplementasikannya ketika sudah keluar atau lulus dari pesantren mahasiswa.
Pesantren mahasiswa bukan sekedar tempat untuk memperkaya ilmu keagamaan saja. Mahasantri dapat mengembangkan potensinya melalui beberapa program atau kegiatan yang diselenggarakan oleh pesantren mahasiswa. Di mana kegiatan atau program tersebut mendukung kemajuan dan pengembangan potensi yang dimiliki oleh masing-masing mahasantri. Selain mengambangkan potensi, mahasantri juga dapat melahirkan prestasi-prestasi yang membanggakan dan merupakan salah satu factor penting dalam upaya progresivitas pesantren mahasiswa.
Pesantren mahasiswa pun memiliki potensi dan andil dalam upaya mencerdaskan kehidupan bangsa demi terciptanya masyarakat yang sejahtera. Kemudian para mahasantri yang merupakan output dari proses pembelajaran dari lembaga pendidikan  non formal bernama pesantren mahasiswa juga harus  memiliki tekad yang kuat untuk turut serta mencerdaskan kehidupan bangsa. Selepas nyantri, para mahasantri seyogyanya turut mengambil peran dalam usaha mewujudkan kesejahteraan kehidupan masyarakat. Mahasantri harus mempunyai semangat mengabdi dan keberpihakan pada masyarakat yang terpinggirkan.


..By Maftuhatus Sa'diyah..