BAB
I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sejarah sosial umat Islam lahir, tumbuh dan
berkembang tidak bisa dipisahkan dengan riwayat jatuh bangunnya proses sosial
umat Islam dalam berdakwah, secara teologis dakwah dianggap (mission Sacre)
proyek berpahala dan kedudukan dakwah itu sendiri bersifat conditio sine quanon
adanya, tidak tercegah dan inheren. Tentang kenyataan ini harus diakui benar
bahwa Nabi Muhammad SAW mengatakan dalam pesannya “Sampaikan apa yang kamu
terima dariku meski satu ayat” karenanya wajar dalam pentas sejarah pendekatan
kerja dakwah terus terlahir baik yang bersifat teknis operasional maupun yang
konseptual tentu saja tidak bisa dilepas dengan konteks sosial, realitas yang
spesifik, dakwah bersifat dinamis seiring dengan perkembangan laju persoalan
dan kebutuhan masyarakat.
Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami
perubahan-perubahan baik perubahan yang alami maupun yang dirancang oleh
masyarakat itu sendiri. Perubahan itu tidak selalu lebih baik bahkan sering
terjadi sebaliknya. Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai
makhluk yang mulia disisi Allah maupun bagi sesamanya. Karena itu dakwah juga
mengalami perubahan-perubahan sesuai dengan tranformasi sosial yang berkembang
seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat yaitu
proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat serta kebahagiaan masyarakat serta upaya meningkatkan
kesadaran dari prilaku tidak baik untuk
berprilaku yang lebih baik.
Idealnya pengembangan dakwah yang efektif harus
mengacu pada masyarakat untuk meningkatkan kwalitas keislamannya, sekaligus
juga kwalitas hidupnya. Dakwah tidak saja memasyarakatkan hal-hal yang religius
Islami, namun juga menumbuhkan etos kerja. Inilah yang sebenarnya diharapkan
oleh dakwah bil hal yang sering disebutkan oleh para mubaligh. Dakwah bil hal
bukan berarti tanpa maqal melainkan lebih ditekankan pada sikap prilaku dan
kegiatan-kegiatan nyata yang secara interaktif mendekatkan masyarakat pada
kebutuhannya yang secara langsung atau tidak langsung dapat mempengaruhi
peningkatan keberagamaan.
1.2 Rumusan Masalah
1.
Apa Pengertian
Dakwah dan Definisi tentang Pengembangan Masyarakat Islam?
2.
Apa Konsep dan
Tujuan Dakwah Pengembangan Masyarakat Islam?
3.
Bagaimana Etika
Dakwah dalam Masyarakat?
4.
Bagaimana
Efektivitas Dakwah Bil Hal?
5.
Bagaimana
Pendekatan Psikologis Melalui Dakwah Bil Hal?
1.3 Tujuan
1.
Agar
mengetahui Pengertian Dakwah dan Definisi
Dakwah Pengembangan Masyarakat Islam
2.
Agar mengetahui
Konsep dan Tujuan Dakwah Pengembangan Masyarakat Islam
3.
Agar mengetahui
Etika Dakwah dalam Masyarakat
4.
Agar mengetahui
Efektivitas Dakwah Bil Hal
5.
Agar mengetahui
Pendekatan Psikologis Melalui Dakwah Bil Hal
BAB
II
PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Dakwah dan Definisi Tentang Pengembangan Masyarakat Islam
2.1.1
Pengertian Dakwah
Ditinjau dari segi bahasa, dakwah berasal dari
bahasa Arab “da’wah” (عوةالد). Dakwah
mempunyai tiga huruf asal, yaitu dal, ‘ain, dan wawu. Dari ketiga huruf asal ini,
terbentuk beberapa kata dengan ragam makna. Makna-makna tersebut adalah memanggil,
mengundang, minta tolong, meminta, memohon, menamakan, menyuruh datang, mendorong,
menyebabkan, mendatangkan, mendoakan, menangisi, dan meratapi.
Menurut Syaikh Muhammad al-Ghazali (dalam
al-Bayanuni, 1993: 15), dakwah adalah “ Program sempurna yang menghimpun
semua pengetahuan yang dibutuhkan oleh manusia di semua bidang, agar ia dapat
memahami tujuan hidupnya serta mnyelediki petunjuk jalan yang mengarahkannya menjadi
orang-orang yang mendapat petunjuk”.
Menurut Toha Yahya Omar (1992: 1), dakwah Islam
adalah “mangajak manusia dengan cara bijaksana kepada jalan yang benar
sesuaindengan perintah Tuhan untuk kemaslahatan dan kebahagiaan mereka di dunia
dan akhirat”.
Sedangkann menurut HSM Nasaruddin Latif (1971: 11),
dakwah adalah “setiap usaha atau aktivitas dengan lisan, tulisan dan lainnya
yang bersifat menyeru, mengajak, memanggil manusia untuk beriman dan menaati
Allahsesuai dengan garis-garis akidah dan syariat serta akhlak Islamiyah”.
Secara umum, definisi dakwah yang dikemukakan para
ahli di atas menunjukkan pada kegiatan yang menunjuk pada kegiatan yang
bertujuan perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini
diwujudkan dengan peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman.
Berdasarkan pada rumusan beberapa definisi di atas, maka secara singkat, Dakwah
adalah kegiatan penningkatan iman menurut syariat Islam.
2.1.2 Definisi Tentang
Pengembangan Masyarakat Islam
Secara etimologis pengembangan berarti membina dan
meningkatkan kualitas, dan masyarakat Islam berarti kumpulan manusia yang
beragama Islam yang memilih hubungan dan keterkaitan ideologis satu dengan yang
lainnya. Manusia memiliki fitrah keagamaan, sehingga manusia membutuhkan agama.
Kelahiran Islam, yang ditandai dengan lahirnya Nabi Muhammad SAW pada tahun
gajah tanggal 12 Rabiul awal, atau tahun 570 M, adalah sebuah momen penting
dalam sejarah Islam. Karena dari sinilah dimulai perjalanan panjang
pengembangan masyarakat Islam yang menyatu dalam dakwah syi'ar Islam di jazirah
arab.
Pengembangan
masyarakat (community development) merupakan wawasan dasar bersistem tentang
asumsi perubahan sosial terancang yang tepat dalam kurung waktu tertentu.
Sedangkan teori dasar pengembangan masyarakat yang menonjol pada saat ini
adalah teori ekologi dan teori Sumber daya manusia. Teori ekologik mengemukakan
tentang “batas pertumbuhan”. Untuk sumber-sumber yang tidak dapat diperbaruhi
perlu dikendalikan pertumbuhannya. Teori ekologik menyarankan
kebijaksanaan pertumbuhan diarahkan sedemikian rupa sehingga dapat
membekukan proses pertumbuhan (zero growth) untuk produksi dan penduduk.
Sering
dikatakan bahwa pengembangan masyarakat Islam adalah wujud dari dakwah bil Hal.
Tokoh Amrullah Ahmad (1999), Nanih Machendrawati, dan Agus Ahmad mendefinisikan
bahwa pengembangan masyarakat Isam
adalah suatu sistem tindakan nyata yang menawarkan alternatif model pemecahan
masalah ummah dalam bidang sosial, ekonomi, dan lingkung-an dalam perspektif
Islam. Menstransformasikan dan melembagakan semua segi ajaran Islam dalam
kehidupan keluarga (usrah) kelompok sosial (jamaah), dan masyarakat (ummah).
Model empiris pengembangan perilaku individual dan kolektif dalam dimensi amal
sholeh (karya terbaik), dengan titik tekan pada pemecahan masalah yang dihadapi
oleh masyarakat.
Tim
Islamic Community Development Model dari Fakultas Dakwah dan Komunikasi UIN
pernah juga merumuskan definisi untuk model pengembangan masyarakat Islam,
terdiri dari unsur-unsur: 1). Mengutamakan perilaku pengembangan atau
pemberdayaan masyarakat yang beragama Islam atau organisasi yang berasaskan
Islam. 2). Mengutamakan pemberdayaan umat Islam yang tertinggal dalam segala
hal. 3). Mengutamakan penggunaan dana yang bersumber dari dana filantropi Islam
seperti Zakat Mall, Zakat Fitrah, Infak atau Sodaqoh. 4). Pendekatan
pemberdayaan menggunakan pendekatan ke-Islaman. 5). Filantropi Islam jika
dijadikan sebagai bantuan modal sebaiknya menggunakan sistem bagi hasil. 6).
Pendamping atau agen perubah diutamakan yang beragama Islam dan 7). Melibatkan
institusi mitra lokal yang berasaskan Islam.
2.2 Konsep dan Tujuan Dakwah
Pengembangan Masyarakat Islam
Ada
beberapa konsep dan tujuan pengembangan masyarakat Islam yang dinukilkan Ibnu
Khaldun di dalam karya tulisnya yaitu:
1)
Individu: Dalam pemikiran sosiologis, Ibnu Khaldun menjelaskan bahwa manusia
itu secara individu diberikan kelebihan. Namun secara qudroti manusia memiliki
kekurangan dan kelemahan di samping kelebihan yang dimiliki. Sehingga kelebihan
itu perlu dibina agar dapat mengembangkan potensi peribadi untuk dapat
membangun.
2)
Ashabiyah: atau yang bisa juga disebut kekeluargaan merupakan sebuah kekuatan
atas pertalian darah. Setiap patriotisme (solidaritas kekeluargaan). Sikap
kekeluargaan ini jika dibina dan diarahkan kepada penanaman jiwa keagamaan maka
akan menghasilkan sikap yang positif mengarah kepada sikap religius untuk menjalankan
amar ma'ruf dan nahi munkar.
3) Masyarakat Ijtima' al-Insani: dengan sikap
saling membutuhkan, tolong menolong dan solidaritas maka terciptalah sistem
sosial masyarakat yang tergabung dalam al-ijtima' al insani.Berkaitan dengan
pengembangan masyarakat Islam maka masyarakat di sini diarahkan kepada
terbentuknya masyarakat yang Islami.
4) Negara: Negara dalam konteks ini adalah
merupakan suatu wadah dan alat baik melalui pemimpin, konstitusi ataupun
undang-undang untuk menciptakan tatanan masyarakat yang ideal sesuai dengan
ajaran Islam.
5)
Peradaban: tujuan akhir dari pengembangan masyarakat Islam adalah terwujudnya
masyarakat madani (civil society), dengan nilai-nilai peradaban yang tinggi,
menjunjung tinggi nilai-nilai keadilan, demokratisasi, inklusivisme,
independent, makmur dan sejahtera.
2.3
Etika Dakwah Masyarakat Islam
Perkembangan masyarakat kontemporer menunjukkan
bahwa kita berada dalam masyarakat plural atau majemuk, adanya klaim kebenaran
truth claim dan watak missioner dari setiap kepercayaan yang mengaku sebagai
pemilik tunggal kebenaran dan keselamatan.
Ditengah-tengah kehidupan masyarakat yang majemuk
(plural), aktivitas dakwah yang merupakan “ajakan” yang dilakukan secara penuh
hikmah dan kearifan, itulah sebabnya maka dalam menjalankan wajib dakwah kaum
muslimin diperintahkan supaya berpedoman kepada wahyu Ilahi. Dalam surat
An-Nahl ayat 25:
Artinya:
“Ajaklah
(manusia) kepada jalan Tuhanmu dengan bijaksana dan pengajaran yang baik dan
bertukar pikiran dengan mereka dengan cara yang baik”.
Islam telah meletakkan dasar-dasar untuk menentukan
tingkah laku baik dan buruk dan memberikan sumber yang tetap juga menentukan tingkah
laku moral yaitu di dalam Qur’an dan
Sunnah. Dasar-dasar itu menyangkut bagi kehidupan bermasyarakat.
Kepribadian manusia Islami tercermin pada kedamaian
jiwa dan keyakinannya terhadap masa depan dan mampu mengembangkan dengan baik
pengalaman kehidupannya yang merupakan keseimbangan yang padat dengan keinginan
kemanusiaan untuk menaklukkan alam dan memperoleh kesenangan.
Untuk mengarahkan pandangan Islam pada realitas
pembangunan yang sedang berjalan pada masyarakat berkembang ini. Dakwah bisa
dilakukan secara lisan, tulisan ataupun dengan contoh teladan.
Berdakwah tidak lain merupakan sebuah proses
komunikasi, berkomunikasi kepada manusia dengan menggunakan pendekatan
persuasif dengan begitu da’i dapat diiringi dengan etika yang baik serta dengan
penerapan tekhnik dan tekhnologi, dalam pelaksanaan pembangunan merupakan
rangsangan yang kuat bagi kesadaran
bermasyaakat sehingga diharapkan menjadi acuan bagi masyarakat dalam berprilaku
pembangunan yang etis.
2.4
Efektivitas Dakwah Bil Hal
Pada hakekatnya dakwah adalah usaha atau upaya untuk
mengubah suatu keadaan tertentu menjadi keadaan lain yang lebih baik menurut
tolak ukur agama Islam. Perubahan yang dimaksud terjadi dengan menumbuhkan
kesadaran dan kekuatan pada diri objek dakwah.
Dari sisi lain perubahan berarti juga upaya
menjadikan objek dakwah mengetahui, mengamati dan mengamalkan Islam sebagai
pandangan dan jalan hidup. Dengan demikian dakwah juga merupakan proses untuk
pendidikan masyarakat komunikasi, perubahan sosal atau pembangunan itu sendiri.
Dengan demikian aktivitas dakwah Islam bukan hanya sekedar suatu dialog lisan
melainkan dengan perbuatan atau karya yaitu dakwah bil Hal.
Dalam mencapai keberhasilan aktivitas dakwah Islam,
banyak metode dakwah yang dapat dipilih dan digunakan salah satunya adalah
metode yang diberikan oleh Rasulullah SAW yaitu percontohan secara langsung
yang dikenal dengan Uwatun Hasanah. Efektif atau tidaknya suatu metode dakwah
sangat bergantung beberapa hal yang melingkupinya baik prinsip-prinsip
penggunaan, metode atau juga faktor-faktor yang mempengaruhi pemikiran dan
penggunaan metode tersebut.
Dalam merealisir ajaran Islam disemua segi kehidupan
manusia. Konsepsi dakwah bukan hanya identik dengan tabligh tetapi meliputi
semua segi kehidupan serta tabligh hanya merupakan bagian dari dakwah Islam.
Jadi suatu kegiatan dapat dikatakan dakwah apabila
mencangkup sistem usaha bersama orang beriman dalam rangka mewujudkan ajaran
Islam dalam segi kehidupan sosial kultural. Dalam memandang dakwah menunjukkan
dua hal; pertama, adanya organisasi
(sistem) dakwah untuk menunaikan fardhu kifayah dan Kedua, pelaksanaan dakwah
perorangan dalam hubungannya dengan kriteria di atas maka yang pertama dapat
disebut dakwah dan kedua dapat disebut tabligh. Terbentuknya lembaga dakwah
berangkat dari kesadaran individual untuk melaksanakan tabligh yang berkembang
menjadi kesadaran kolektif untuk melaksanakan dakwah dalam suatu sistem
tertentu dalam lembaga dakwah.
Allah telah memberikan petunjuk bahwa dalam
melaksanakan tugas wajib dakwah Islamiyah fisabillillah haruslah dengan suatu
organisasi khusus, harus ada lembaga tersendiri seperti yang tercakup dalam
surat Ali Imran ayat 102-105.
Dalam ayat tersebut di atas mewajibkan agar umat
Islam mendirikan jama’ah khusus, satu organisasi yang bertugas diladang dakwah
dan organisasi itu haruslah di atas dua asas pokok. Keimanan dan persaudaraan
sehingga jama’ah muslim akan sanggup menunaikan tugas beratnya dalam kehidupan
manusia dan dalam sejarah manusia, tugas menyuruh mengerjakan yang ma’ruf dan
mencegah yang munkar menegakkan kehidupan di atas dasar ma’ruf dan membersihkan
dari kotoran munkar, serta diperingatkan jangan bercerai berai dan bersengketa
supaya tetap kuat.
Oleh karena itu untuk mendukung dakwah Islamiyah
perlu adanya satu lembaga khusus yang bertugas dalam bidang dakwah Islamiyah
berdasarkan asas keimanan dan persaudaraan tanpa adanya organisasi dan lembaga
dakwah, dakwah Islamiyah tidak dapat berjalan dengan baik bahkan kemungkinan
besar akan berhenti sama sekali.Semua itu merupakan perwujudan dari dakwah bil
Hal, dakwah dengan perbuatan nyata.
Rasulullah telah memberikan contoh dakwah bil Hal
yaitu ketika pertama kali tiba di Madinah yang dilakukan Rasulullah adalah
dengan membangun masjid Quba, menyatukan kaum Anshor dan Muhajirin dalam ikatan
ukhuwah Islamiyah dan seterusnya.
Kenyataan membuktikan betapa efektifnya dakwah bil hal tanpa mengabaikan
dakwah bil lisan, maka dakwah bil hal seharusnya menjadi prioritas utama.
2.5
Pendekatan Psikologis Melalui Dakwah Bil
Hal
Islam mengatur hubungan antar manusia, baik antar
muslim dengan muslim, atau muslim dengan non muslim, apakah antara kedua belah
pihak ada hubungan kekerabatan persaudaraan atau hubungan sosial dengan
demikian satu sama lain saling menghargai keberadaannya. Masyarakat tidak saja
menjadi objek tetapi menjadi subjek dalam pembangunan yang pada sisi lain akan
mengembangkan keswadayaan dan sumber daya yang ada disekitar mereka. Dalam hal
ini perlu peran serta baik perorang maupun lembaga yang dapat berperan sebagai
motivator sebab pada dasarnya strategi pendekatan ini intinya usaha penyadaran
masyarakat agar dapat mengembangkan sumber daya yang ada pada diri mereka,
lingkungan dan alam sekitar untuk mendapatkan hasil lebih baik.
Disinilah dengan potensi sosial keagamaan da’i dan
lembaga dakwah bisa melakukan perannya sebagai lembaga swadaya masyarakat
terutama melalui nilai-nilai keagamaan seperti kemandirian, keadilan, kerja
sama dan sebagainya. Mengingat kebutuhan masyarakat itu selalu ada dan bahkan
selalu berkembang, maka apabila da’i dan lembaga dakwah dapat melakukan
perannya maka akan selalu mendapat tempat di masyarakat bahkan bisa lebih
mengembangkan potensi kemasyarakatan.
Sementara itu banyak di antara para pakar yang lebih
menggunakan kata pendekatan atau approach karena lebih bersifat rinci
mengandung pengertian dan langkah langkah yang sistematis untuk mencapai suatu
tujuan. Menjadi pertimbangan para da’i dan mubaligh di harapkan memperhatikan
faktor-faktor yang mempengaruhi pemilihan dan penggunaan suatu metode agar
metode yang dipilih dan digunakan benar-benar fungsional dan harus
memperhatikan strategi dakwah yang digunakan tentu saja dengan dipertimbangkan
faktor-faktor yang mempengaruhinya seperti dengan mengenali sasaran dakwah,
pemilihan media yang baik, pengkajian akan tujuan dakwah agar dakwah harus
dapat dimengerti dan yang terpenting adalah peranan da’i dalam pelaksanaan
dakwah dari bagaimana menarik objek dan juga kredibilitasnya.
Dengan kata lain strategi dakwah harus memperhatikan
beberapa azas dakwah salah satunya azas psikologi. Hal ini berhubungan dengan
kejiwaan manusia, baik da’i maupun sasaran dakwah memiliki karakter yang
berbeda antara satu dan lainnya, apabila masalah agama yang merupakan masalah
ideologi yang tidak luput dari masalah psikologi.
Azas Psikologi ini harus benar-benar dapat mendasari
dalam aktifitas dakwah. Hal ini harus benar-benar diperhatikan tentunya dengan
profesionalisme seorang juru dakwah, dan perlunya para juru dakwah memiliki
pengetahuan–pengetahuan psikologius tersebut agar tujuan dakwah dapat dicapai.
Di antara ilmu-ilmu yang harus dimiliki diantaranya
tentang kepribadian seorang da’i, tujuan dakwah, materi dakwah, masyarakat
sebagai objek dakwah, metodologi dakwah dan media dakwah.
Keberhasilan dakwah tidak hanya dengan metode saja
tetapi dengan berbagai cara pendekatan harus dikerjakan sesuai dengan keadaan
objek dakwah dan keberhasilan dakwah Islam sangat bergantung dengan banyak hal.
Adapun beberapa hal yang mendasari keefektifan
metode dakwah, misalnya saja dalam peristiwa perjanjian Hudaibiyah sebagaimana
yang direkontruksikan oleh Rasulullah dan sahabat-sahabatnya yaitu:
1. Untuk melakukan atau meningkatkan sesuatu ada dua
hal dasar yang mempengaruhi watak manusia yaitu pengaruh luar atau lingkungan
dan pengaruh dari dalam atau keturunan. Dengan demikian aktivitas suatu
kelompok sosial akan sangat mempengaruhi individu yang berada disekitarnya.
Dalam dakwah Islam da’i (kelompok sosial kolektif) akan mempengaruhi mad’u.
2. Suatu kelompok
manusia akan menjadi masyarakat yang sebenarnya bila mana anggota masyarakat
telah melakukan imitasi yaitu saling tiru meniru, saling ikut mengikuti dan
saling contoh mencotoh terhadap aktifitas anggota lainnya.
3. Bersamaan dengan terjadinya struktur dalam
interaksi kelompok, maka terbentuklah norma-norma tingkah laku khas antara
anggota kelompok. Norma ini merupakan pedoman untuk mengatur pengalaman dan
tingkah laku individu manusia dalam berbagai situasi sosial.
Dengan demikian dapat ditarik benang merah bahwa
sikap pola dengan tingkah laku serta kondisi kejiwaan kelompok sosial muslim
akan sangat efektif dan efisien dalam rangka mencapai tujuan dakwah bila
benar-benar dimanfaatkan secara optimal.
Struktur sosial yang otoriter dan represif, misalnya
mudah merangsang sifat agresif dalam diri manusia. Di samping itu, struktur
yang menekan juga akan mengakibatkan kebosanan. Kebosanan biasanya merangsang
tumbuhnya sikap apatis, yang pada gilirannya dapat menentukan kreativitas dan
produktivitas. Akibat lebih jauh adalah di dalam kehidupan masyarakat
berkembang, aktivitas yang kontra produktif semata-mata sebagai kompensasi
membebaskan diri dari kebosanan dengan melancarkan berbagai bentuk kejahatan,
sikap amoral dan tidak etis.
Nilai-nilai agama baik yang berupa nilai etik maupun
nonetik, akan berjalan atas dorongan kesadaran dari dalam diri individu, suatu
mekanisme kendali internal yang bersumber pada keimanan dan ketakwaan.
Masyarakat didirikan di atas ketetapan hati para
motivatornya untuk tetap bertahan dalam cara, jalan dan pesan Allah, sebagai
perwujudan suatu kultur dan peradaban yang sehat dan berakar kokoh dalam proses
kesejahteraan, sekaligus yang berpenampilan kerahmatan di dalam susunan dan
tata kemasyarakatan itu sendiri.
Melihat sasaran dakwah yang begitu luas sementara
perkembangan teknologi begitu pesatnya maka dalam menjalankan dakwah perlu
menggunakan media yang sesuai dengan kelompok sasaran yaitu klasifikasinya
secara psikologis ditinjau dari umur, status sosial, tingkat pendidikan dan
kebutuhan kelompok sasaran itu sendiri.
Dakwah dalam bentuk pengembangan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat adalah proses dari serangkaian kegiatan yang mengarah
pada peningkatan taraf hidup dan kesejahteraan masyarakat.
Dalam hal ini dakwah setidaknya ditempuh karena
paling mendasar dan mendesak, dakwah dalam bentuk aksi-aksi nyata. Dakwah bil
Hal ini sebenarnya sudah banyak di laksanakan kelompok-kelompok Islam, namun
masih sporadis dan tidak dilembaghakn, sehingga menimbulkan efek kurang baik.
Misalnya saja pendekatan untuk mengatasi masalah kemiskinan yaitu melalui
pendekatan basic need approach (pendekatan kebutuhan dasar). Untuk mengatasi
yaitu jangan memberi “ikan” terus menerus, tapi harus memberi kailnya dan harus
diberi tahu cara mengailnya dengan baik.
Lahan yang baik dan bagaimana dapat menggunakan kail untuk mendapat ikan.
Berarti tidak hanya cukup dengan diberi modal tetapi
mereka juga harus diberi keterampilan, dengan pendekatan itu masalah yang
dihadapi kebodohan atau keterbelakangan harus di atasi dengan memberi
keterampilan dan baru kemudian modal serta harus meyakinkan atau memberi
motivasi sehingga memiliki kemauan berusaha dan tidak hanya menanti.
Usaha dakwah bil Hal mempunyai implikasi terhadap
pengembangan masyarakat yaitu:
1. Masyarakat yang menjadi sasaran dakwah,
pendapatannya bertambah untuk membiayai pendidikan keluarga atau memperbaiki
kesehatan.
2. Dapat menarik partisipasi masyarakat dalam
pembangunan, sebab masyarakat terlibat sejak perencanaan sampai pelaksanaan
usaha dakwah bil Hal.
3. Dapat menumbuhkan
atau mengembangkan swadaya masyarakat dan dalam proses jangka panjang bisa
menumbuhkan kemandirian.
4. Dapat mengembangkan kepemimipinan daerah setempat
dan terkelolanya sumber daya manusia yang ada, sebab anggota kelompok sasaran
tidak saja jadi objek kegiatan, tetapi juga menjadi subjek kegiatan.
5. Terjadi proses belajar mengajar antara sesama
warga yang terlibat dalam kegiatan, sebab kegiatan direncanakan dan dilakukan
secara bersama. Hal ini menimbulkan sumbang saran secara timbal balik.
BAB
III
PENUTUP
3.2
Kesimpulan
Secara umum, definisi dakwah yang dikemukakan oleh para
ahli menunjukkan pada kegiatan yang menunjuk pada kegiatan yang bertujuan
perubahan positif dalam diri manusia. Perubahan positif ini diwujudkan dengan
peningkatan iman, mengingat sasaran dakwah adalah iman. Berdasarkan pada
rumusan beberapa definisi di atas, maka secara singkat, Dakwah adalah kegiatan
penningkatan iman menurut syariat Islam.
Masyarakat dalam kehidupan selalu mengalami
perubahan dan perubahan itu tidak selalu lebih baik bahkan terjadi sebaliknya.
Manusia akan mengalami krisis identitas dirinya sebagai makhluk yang mulia disisi
Allah, karena itu dakwah juga mengalami perubahan sesuai dengan transformasi
sosial yang berkembang seiring dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi.
Ada beberapa konsep dan
tujuan pengembangan masyarakat Islam yang dinukilkan Ibnu Khaldun di dalam
karya tulisnya yaitu: 1) Individu; 2) Ashabiyah; 3) Masyarakat Ijtima'
al-Insani; 4) Negara; dan 5) Peradaban.
Dakwah dan pengembangan masyarakat melalui proses
dari serangkaian kegiatan yang mengarah pada peningkatan taraf hidup dan
kesejahteraan masyarakat dan dakwah yang efektif harus mengacu pada masyarakat
untuk meningkatkan kualitas keislaman juga kualitas hidupnyadalam menumbuhkan
etos kerja.
Dalam mengarahkan pandangan Islam pada realitas
pembangunan yang sedanag berjalan pada masyarakat berkembang dakwah dapat
dilakukan dengan contoh teladan. Hal ini berhubungan dengan kejiwaan manusia
baik bagi da’i maupun sasaran dakwahnya. Karena keberhasilan dakwah tidak hanya
dengan satu metode tetapi dengan pendekatan yang sesuai dengan sasaran dakwah
dan tujuan dakwah.
Melihat sasaran dakwah yang begitu luas sementara
perkembangan tekhnologi begitu pesat dalam pengembangan masyarakat dan
pemberdayaan masyarakat maka menjalankan dakwah perlu menggunakan media yang
sesuai dengan kelompok sasaran yaitu klasifikasinya secara psikologis yang
ditinjau dari umur, status sosial, tingkat pendidikan dan kebutuhan kelompok
sasaran itu sendiri.
DAFTAR
PUSTAKA
Aziz, Moh. Ali. 2009. Ilmu Dakwah.
Jakarta: Kencana.
Mahfudh, Sahal. 1984. Tentang
Pengembangan Masyarakat. Jakarta.
Razak, Nasruddin. 1976. Metodologi
Dakwah. Semarang: Toha Putra.
Yanti, Fitri. Pengembangan Masyarakat
Melalui Dakwah Bil Hal (Suatu Pendekatan Psikologi). http://www.google.com/search?ie=UTF-8&oe=
UTF-8&sourceid=navclient&gfns=1&q=dakwah+pengembangan
+masyarakat+Islam
Terimah kasih atas postinganya... Sangat bermanfaat
BalasHapusTerima kasih
BalasHapusPostingan yang sangat bermanfaat. Jazakumullah.
BalasHapus